![]() |
Foto: Manipulasi dalam Seleksi Paskibra Tingkat Nasional |
AMBON, Tabeamalukunews -- Cristin Yelumatalale, siswa kelas 10 dari SMA Negeri 3 Seram Bagian Barat (SBB), mengungkapkan kecurigaan terkait adanya permainan kotor oleh Kesbangpol Provinsi Maluku dalam pemilihan peserta Paskibra Tingkat Nasional.
Awalnya, Cristin terpilih bersama tiga siswa lainnya, yakni Riska Dwi Latuconsina, Cleo Fadli Ririhena, dan Aril Lestaluhu, dinyatakan lolos seleksi tingkat provinsi Maluku, dan dipersiapkan untuk mengikuti seleksi Nasional, namun mendadak digantikan tanpa pemberitahuan resmi.
Cristin menjelaskan bahwa, dia bersama tiga siswa lainnya dikirim dari Kabupaten SBB untuk mengikuti seleksi di tingkat provinsi.
"Kami menjalani berbagai tahap seleksi dari Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) hingga wawancara akhir, dan saya lulus dengan nilai tinggi," jelas Cristin seperti dikutip dari Globaltimur.com, Senin (10/6/24).
Berdasarkan hasil seleksi, Cristin memperoleh nilai TWK 75, nilai Tes Intelegensi Umum (TIU) 90, dan nilai wawancara 96, menjadikannya salah satu peserta terbaik. Namun, ia merasa dicurangi ketika namanya tidak lagi tercantum dalam daftar siswa yang akan berangkat ke Jakarta.
Pada malam pengumuman hasil seleksi, Cristian bersama tiga siswa lainnya diumumkan sebagai perwakilan Provinsi Maluku untuk seleksi tingkat pusat.
Namun, kejanggalan mulai terasa saat mereka diarahkan untuk melakukan medical check up di Rumah Sakit Dr. Haulusi.
"Setelah medical check up, kami disuruh pulang dan diminta memantau grup WhatsApp untuk informasi keberangkatan. Namun, tiga hari sebelum keberangkatan, tidak ada informasi apapun dari pihak Kesbangpol," beber Cristin.
Selama dua hari pemeriksaan, tidak ada masalah yang ditemukan pada kesehatan Cristin, berbeda dengan salah satu rekannya Riska Dwi Latuconsina yang memiliki gigi berlubang dan mata minus 3,5, namun namanya tetap ada dalam daftar peserta yang berangkat.
"Saya tidak memiliki masalah kesehatan yang signifikan, sementara Riska memiliki gigi berlubang 10 dan matanya minus 3,5. Namun, dia tetap dinyatakan lolos," ungkap Cristin.
Keanehan semakin jelas ketika Cristin mendapat kabar dari teman yang pernah ikut seleksi Paskibraka, bahwa ada nama-nama baru yang tidak mengikuti seleksi sebelumnya, yakni Alei Tawainela dan Arum. Bahkan, Michelle Salamoni yang tidak melakukan medical check up, namun namanya masuk dalam daftar tiket keberangkatan.
"Dalam daftar itu ada lima orang, bukan empat seperti yang diumumkan sebelumnya, dan nama saya serta Cleo Fadri Ririhena hilang." Terang Cristin.
Cristian mengaku bahwa hasil medical check up menunjukkan dirinya sehat tanpa ada keluhan pingsan yang dituduhkan oleh Kesbangpol
Perlu diketahui, pihak Kesbangpol mengklaim bahwa Cristian memiliki masalah kesehatan, seperti HB rendah dan pernah pingsan selama seleksi, yang tidak pernah terjadi. Sementara itu, Cleo Fadli Ririhena didiagnosis dengan pembengkakan jantung dan tekanan darah tinggi.
"Selama seleksi saya tidak pernah pingsan dan selalu dalam kondisi sehat," Bantah Cristin.
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan, Saat ayah Cristin mencoba menghubungi Kesbangpol untuk klarifikasi, jawaban yang diberikan tidak jelas dan terkesan menghindar.
"Ketika bapak saya bertanya, mereka justru memutus telepon secara sepihak," beber Cristin.
Pihak Kesbangpol belum memberikan penjelasan yang memuaskan atas insiden ini. Sementara itu, Cristin yang meraih nilai tertinggi dalam seleksi provinsi harus merelakan kesempatan mewakili Maluku di tingkat pusat, terlepas dari segala usaha dan prestasinya.
Kasus ini mencerminkan adanya ketidakadilan dan praktik tidak transparan dalam proses seleksi yang seharusnya bersifat objektif dan fair.
Cristin berharap kejadian ini dapat menjadi perhatian bagi pihak berwenang untuk menindak tegas oknum-oknum yang bermain curang, serta memastikan pemilihan yang lebih adil di masa depan. (*)